puisi [ cinta seorang pemuda ]

Cinta seorang pemuda





Kau yang ku tahu mencintaiku
Kau yang ku mengerti selalu ada untukku
Kau yang tak pernah marah walau aku salah
Kau yang menerima segala kurangku
Tak menuntutku lebih tetapi selalu ingin aku lebih baik
Selalu mendukungku jika itu baik bagiku
Tulus walau ku selalu melukaimu
          Aku tahu
          Namun ku berlagak tak tahu
          Maafkan aku tak selalu bisa bersikap baik padamu
          Kau layaknya besi yang kokoh
          Tetap keukeuh mencintaiku dengan segala keterbatasanku
          Kau layaknya kayu kuat
          Yang banyak dicari, namun kau hanya memilihku
Aku tak bisa, rasa ini bukan milikmu
Cinta ini bukanlah hak mu
Kau yang selalu ku hujat disetiap pagi
Kau tetaplah tersenyum tak henti memberi bunga
Wajah ceria di jendela kamarku
Walau sering ku siram air kepadamu
Surat merah jambu yang selalu di depan pintuku
Walau tak henti ku robek di depanmu
          Layaknya besi, ia juga dapat berkarat
          Layaknya kayu, ia juga dapat lapuk
          Saat hatiku mulai mengerti
          Saat kau berhenti tersenyum di setiap pagiku
          Saat tak ada lagi ceria wajahmu di jendela kamarku
          Saat perlahan bunga itu layu tak terganti
          Saat surat-surat itu terhenti mengotori rumahku
Aku merasa kosong
Merasa kehilangan walau tak ada yang hilang
Aku merasa sepi walau aku terbiasa sendiri
Tak pernah lagi ku temui mu yang menjengkelkanku
Harusnya aku bahagia tapi aku sedih dalam sesal
Tak ada lagi engkau kembali
Harusnya aku bersorak tapi ku menangis terisak-isak
Aku yang bodoh tak menyadari tulus kasihmu
Semua tlah usai
Tangisku tak akan lagi membawamu kemari
Karna yang ku tahu
Kau telah bersemayam dalam tidur abadi mu
Maafkan aku yang terlambat menyadari perasaanku


Karya : Risma Nurtrifani

puisi [ pelangi sebelum hujan ]


                   Pelangi Sebelum Hujan



Kau yang datang bersama impian
Memperkenalkan harapan dan cinta
Kau yang dari bagian bumi yang tak ku ketahui
Bersama hadir petang kau semakin mendekat
Terlalu dekat sampai tak ku lihat logika
                  Tersipu saat jemarimu menyentuh tengkuk ku
                  Rasa asing menyapa namun ku diam menikmati setiap detiknya
                  Malam seakan berhenti
                  Di tepi pantai Sanur Bali
                  Kau tunjukkan rasa yang belum ku rasa
                  Dan apa itu dosa yang sesungguhnya
Kau kenalkan aku pada kemesraan
Dan apa pula rindu yang menyiksa
Kau memberikan harap dan impian yang terlampau
Melewati batas kota dan negara
Cinta yang berlabuh tanpa seizinku
                  Kau pergi, ke sudut bumi yang tak ku tahu
                  Ku pikir semua kan baik seperti semula
                  Selayaknya sebelum kau mendekati ku
                  Aku salah, sungguh payah
                  Kau pergi dan seluruh harap hidupku kau bawa
Badai akan berlalu
Namun deritaku tak kan pernah berlalu
Kau tak tau, hai lelaki asing!
Hidupku hancur bersama hilangmu
Kau mengira hanya meninggalkan aku sendiri
Tidak, ada seseorang lagi bersama ku
Jiwa suci yang tak mungkin ku akhiri
Bukti cinta tanpa logika
Bukti cinta tanpa bicara
                  Di saksikan pantai Sanur Bali
                  Angin petang yang membelai rambutku
                  Hidupku berubah,
                  dan di setiap bulan purnama seperti malam itu
                  aku menunggu
                  berharap penantian cinta yang tak sia-sia
                  ya, demi bukti cinta yang tak ku sangka

karya : Risma Nurtrifani

puisi [ gugur mencium duka ]


                        Gugur Mencium Duka



Daun perdu mulai terjatuh,
Meninggalkan ranting dalam dingin
Angin yang membawanya meninggi
Terhempas tak tentu arah dimana ia kan tiba
Musim gugur yang bisu
Sekedar mengintip duka sang daun
            Terpisah jauh dari tempatnya
            Dingin beku semakin membeku
            Dibalik luka lara relungnya
            Jauh semakin jauh terbuang
            Hanya percaya pada keyakinan
Entah dimana ia kan jatuh
Perlahan robek tersentuh debu
Semakin letih dalam pencarian
Tak jua temukan sang jiwa
Tak jua dapatkan sang raga
            Mendaiyung daiyung semakin rendah
            Tersentuh kotoran sang rusa
            Terinjak-injak alam
            Semakin terlunta dalam penantian
Apa yang harus disesalkan?
Ia sendiri dalam ketulusan
Tak menuntut balas namun derita yang di dapat
Luka semakin merebak
Perih dalam sedih
Berharap tiba di tepian sungai
Namun tahi yang menjemput
            Duka sang daun perdu
            Meringkuk dalam kabut hampa
            Memohon di sela nestapa
            Semoga daun mangga tak seperti dia
Karya : Risma Nurtrifani


puisi [ pengecut bercinta ]

Pengecut Bercinta



Mungkin awan terasa malu, lelah diantara kata.
Mungkin tak akan ada lagi hangat sinar
Kala binar matamu terasa sayu
Bahagia itu jadi sendu, kala gelap semakin kelam.
Mungkin tak dapat jua ku gapai lisanmu
Saat bibir indahnya berada di dekatmu.
Tak mungkin jua ku dapat hangat dekapmu
Kala peluknya tlah jatuh di tubuhmu.
          Aku hanyalah bintang kecil
          Terlalu kecil untuk kau pandang
          Hanya setitik,
          Setitik bintang kecil diantara beribu cahaya
          Mungkinkah cintaku berarti?
          Kala cintanya semakin mendekap padamu.
Tak dapat lagi ku pandang cantik kerlip matamu
Saat parasnya menghadang pandanganku
Aku tak berdaya,
Saat tubuh kekarnya membuangku.
Aku tak bersuara,
Saat hatiku menjerit melihat kau disentuhnya
          Genggamanku semakin terlepas
          Perlahan namun pasti kan terganti genggamnya
          Kau tak melihatku
          Tak juga merasakan ku.
          Aku disini
          Tetap disini mencintaimu dalam diamku
          Dalam sikap pengecutku.

Karya : Risma Nurtrifani
          

puisi [ gadis pemilik kekasih masa lalu ]



Gadis pemilik kekasih masa lalu

Wahai kau pujaan dari kekasih masa lalu ku
Wahai kau gadis pemilik hati mantanku
Aku tak akan marah padamu
Aku tak akan membenci perbuatanmu
Kau yang kini mengisi dirinya
Memberi hujan cinta disetiap harinya
Kau yang menemani dan memeluk erat raganya
          Aku hanyalah sisa-sisa terbuang dari masa lalu
          Tak ada tempat dimana aku kan kembali
          Aku yang pernah mencinta dan dicintanya
          Yang dulu berpayung dibawah rintiknya hujan
          Berteduh diantara lengan tubuhnya
          Berjalan berdua berkalung tangis dan tawa
          Kata manis dan janji yang terucap disetiap jamnya
Semua tlah usai 2 tahun lalu
Saat langkah kaki tak lagi membawa harapan
Berjalan terpisah antara sekat yang kian menebal
Dinding kokoh kian meninggi
Dan jurang semakin dalam adanya
Tebing itu kian runtuh
Pijakan itu semakin terjal
Tak akan ada lagi jalan yang mempertemukan
          Kini dia telah melihatmu
          Menggenggammu dalam kasih
          Kau yang mengobati luka-lukanya
          Menyembuhkan dengan penuh cinta
Mengapa kau membenciku?
Aku hanya bagian masa lalu
Aku tak ada lagi dengannya
Kau kini miliknya
Dia kini milikmu
          Ketulusanmu yang membawanya padamu
          Dia bahagia denganmu, kaupun begitu
          Sungguh, tak perlu kau cemburu padaku
          Atau waspada padaku
          Berhentilah ingin tahu tentangku
          Mengusik masa lalu yang berlalu
Aku tak pernah menghujatmu
Selalu  mendoakan setiap sembahyang
Sudahlah hentikan..
Tak lelahkah engkau saudariku?
Aku tak perlu membuktikan agar kau percaya padaku
Aku akan menemukan cintaku
yang mencintaiku atas seizin Tuhanku


karya : Risma Nurtrifani

PUISI [andai aku]



Andai aku..
Apa itu cantik? apa hakekat menarik? Aku tak mengerti..
Bagiku dandelion itu cantik dan menarik..
Aku ingin seperti mereka, wanita cantik yang menyejukkan sukma..
Menghanyutkan luka tanpa membawa luka
Senantiasa indah ketika beradu mata
Tak melupakan batasan namun tetap bebas melangkah
            Anggun dalam balutan hijau membentang
            Keindahan yang melengkapi lukisan Tuhan
            Tak ada dengki, hanya ada ketulusan
Dandelion..
Andaikan aku seperti dandelion..


Karya : Risma Nurtrifani.

Puisi [Mareta]



                                                          Mareta
Yakin kau mencintaiku?
Tak akankah kau meninggalkanku?
            Aku tak takut basah karna aku suka hujan
            Aku tak takut panas terik sebab aku mencintai mentari
            Aku tak khawatir dingin memeluk, karna aku memandang sang bintang
Bersama hujan aku menjadi diriku seutuhnya
Menari dibawah pelangi
Bermain dengan angan-angan
Merasakan cinta tanpa perlu jatuh cinta
Merasa sepi tanpa harus kehilangan
Semakin aku sendiri semakin ku rasa berarti
            Aku pernah jatuh cinta
            Jatuh pada hati yang salah
Aku tak pernah menyangkalnya
Aku terjatuh dalam cinta sesaat
Mungkin luka itu masih ada, mungkin sedikit rasa sakit
Apakah kau percaya?
            Aku tak mengharap balasan akan cinta
            Hanya memberi dengan ketulusan
            Aku tak akan memintamu untuk setia
            Aku tak akan mengharapmu kembali saat kau pergi
            Karna jika memang kau mencintaiku tak akan kau biarkan aku terabaikan
Akankah kau tetap tinggal?
Yakinkah kau padaku?
            Mereka bilang yang terpenting dari sebuah hubungan adalah cinta
            Bagiku itu adalah kepercayaan
            Bagaimana mungkin kau mencintaiku tanpa ada rasa percaya..
Ragukah kau padaku?
            Panggil aku Mareta,
            Setiap kali aku jatuh, aku akan terbang lebih tinggi dari sebelumnya
            Seperti merpati yang setia pada satu pasangan seumur hidupnya
            Aku yang selalu berlari tak perduli dingin malam dan panas siang
            Aku Mareta Eka Pranatia
            Tak pernah lelah mengejar mimpi, cita, dan cinta
Masihkah kau mencintaiku dan berjuang bersamaku?


Karya : Risma Nurtrifani
Powered by Blogger.

Total Pageviews

Visitors

Flag Counter