Cinta
seorang pemuda
Kau
yang ku tahu mencintaiku
Kau
yang ku mengerti selalu ada untukku
Kau
yang tak pernah marah walau aku salah
Kau
yang menerima segala kurangku
Tak
menuntutku lebih tetapi selalu ingin aku lebih baik
Selalu
mendukungku jika itu baik bagiku
Tulus
walau ku selalu melukaimu
Aku tahu
Namun ku berlagak tak tahu
Maafkan aku tak selalu bisa bersikap
baik padamu
Kau layaknya besi yang kokoh
Tetap keukeuh mencintaiku dengan
segala keterbatasanku
Kau layaknya kayu kuat
Yang banyak dicari, namun kau hanya
memilihku
Aku
tak bisa, rasa ini bukan milikmu
Cinta
ini bukanlah hak mu
Kau
yang selalu ku hujat disetiap pagi
Kau
tetaplah tersenyum tak henti memberi bunga
Wajah
ceria di jendela kamarku
Walau
sering ku siram air kepadamu
Surat
merah jambu yang selalu di depan pintuku
Walau
tak henti ku robek di depanmu
Layaknya besi, ia juga dapat berkarat
Layaknya kayu, ia juga dapat lapuk
Saat hatiku mulai mengerti
Saat kau berhenti tersenyum di setiap
pagiku
Saat tak ada lagi ceria wajahmu di jendela
kamarku
Saat perlahan bunga itu layu tak
terganti
Saat surat-surat itu terhenti
mengotori rumahku
Aku
merasa kosong
Merasa
kehilangan walau tak ada yang hilang
Aku
merasa sepi walau aku terbiasa sendiri
Tak
pernah lagi ku temui mu yang menjengkelkanku
Harusnya
aku bahagia tapi aku sedih dalam sesal
Tak
ada lagi engkau kembali
Harusnya
aku bersorak tapi ku menangis terisak-isak
Aku
yang bodoh tak menyadari tulus kasihmu
Semua
tlah usai
Tangisku
tak akan lagi membawamu kemari
Karna
yang ku tahu
Kau
telah bersemayam dalam tidur abadi mu
Maafkan
aku yang terlambat menyadari perasaanku
Karya
: Risma Nurtrifani
0 comments:
Post a Comment