puisi [ Berikan Jamuan Itu ]

Berikan Jamuan Itu



Terkadang sepi itu menjengkelkan
Memeluk kesepian dalam kesendirian
Bukan aku bermaksud melukainya
Bukan..
Salahkah aku mencari penghibur hati?
Kala duka lara sungguh hangat dilingkup nestapa
          Mereka bergandeng tangan di tepi jalan
          Ada sandaran dimana letih mulai menghadang
          Aku terpaku dalam kebisingan malam
          Menatap hangat peluk nan cumbu rayu mereka
          Aku sendiri tak ada pasangan
Mengobati perih luka tanpa siapa-siapa
Tak ada jua jiwa lembut mendekap
Salahkah aku ingin dicinta?
Walau tak ada rasa cinta untuknya
Hanya ia penghibur hati walau bukan penawar rindu
Mungkin egoku terlampau tinggi
Apakah karna aku terlaluu lama menyendiri?
Mendekatlah.. berikan aku jamuan-jamuan cinta
Sehingga aku tak iri nan lapar pada kenikmatan cinta
Setidaknya, ijinkan aku sejenak dicinta
Ya.. untuk sesaat biarkan aku merasa berarti


Karya : Risma Nurtrifani

puisi [ Mahkota Terjaga yang Hilang ]

                     Mahkota Terjaga yang Hilang



Namanya Larasati Ayuwangi Cahyaningtyas Kusuma
Seperti namanya ia gadis yang cantik
Kemben hitam sedada membungkus tubuh atas miliknya
Jarit coklat semata kaki menutupi kaki mulusnya
Lemah anggun nian lakunya
Rambut hitam sepinggul diikatnya erat di kepala
Aduhai, lesung pipi menambah ayu parasnya
            Bunga desa idaman pria
            Selalu menjaga mahkota miliknya
            Menatap jauh pada pusara emaknya
            Menatap jauh pada pusara bapaknya
Larasati..
Ia sendiri menapaki dunya
Nerima pada Jagad Dewa Bathara
Tak risaukan mereka yang memandang rendah padanya
Yakin bahwa Dewa Ganesha selalu melindunginya
            Berharap menemukan Ramanya
            Ya, seperti Dewi Sita yang menemukan teman hidupnya
            Ia hidup pada cinta
            Dimana dia memberikan cinta untuk setiap manusia di sekitarnya
Larasati, ia pernah terluka
Di khianati oleh pria yang semula dikira dialah ramanya
Semua dirampasnya lelaki itu
Mahkotanya pun tak lagi berada di dekapan
Dendam dan sakit memenuhi jiwa
Mereka mengatakan dendam itu buruk
Mereka tak tahu bahwa sakit yang diberikan lelaki itu lebih buruk dari apapun
Bukan,, bukan itu..
Larasati hanyalah memiliki satu hati
Bagaimana bisa ia hidup ketika hatinya tak lagi ada padanya?
            Tak masalah jika ia harus kehilangan mahkota miliknya
            Tak masalah jika ia harus selalu menjatuhkan air mata
            Tak masalah jika tiada hari tanpa dicerca
            Hanya saja, dimana dia?
            Dia yang berjanji akan menjadi teman hidupnya seperti Rama dan Sita
Dimana cinta untuknya ketika dia selalu mencintai manusia dan alam disekitarnya
Larasati sendiri..
Emak dan bapaknya telah meninggalkannya pergi menuju Sang Dewa
Larasati, inilah nasibmu
Janganlah marah pada Sang Dewa
Janganlah hina takdirmu
Larasati.. tetaplah jadi dirimu yang dulu
Janganlah angkara murka menguasai jiwamu
Tetaplah nyanyikan pujian
Tetaplah mencintai
Karena engkau tetaplah Larasati penyejuk hati


Karya : Risma Nurtrifani

puisi [ Kebisuan di Kediri ]

                                   Kediri  Pun Membisu





Jangan ingatkan aku pada rasa yang kini memudar
Jangan ingatkan kembali pada rasa yang inginku musnahkan
Rasa yang bila dengannya aku merasa terlengkapi
Rasa yang melihatnya aku merasa damai
Kau tau kan bagaimana rasa ketika kau mencintai sahabatmu?
Bahkan saat kau tau dia tak pernah ada rasa sedikitmu padamu
Itu yang aku rasa
Mencintai dia tak tau sedari kapan perasaan itu muncul
Bahkan aku tak menyadari bagaimana jalannya
            Aku tak mengerti
            Ntah perasaan itu masih ada atau enyah kemana
            Aku pernah jauh
            Saat ku mulai menunjukkan perasaanku nan ia menyadarinya
            Ia pergi, menghindar pelan namun pasti
            Terlampau jauh sungguh
Rasa yang hadir bersama setiap candanya
Yang setiap hari aku bertemu nan berada di dekatnya
Coba jelaskan padaku bagaimana caraku menghapus rasa itu?
Disetiap upaya ku selalu gagal karna senyumnya
Aku masih ingat terakhir kali ia menjagaku
Saat ku menangis dalam peluknya
Membasahi bahu
Bersandar padanya
Disaksikan pekan budaya malam itu
Diatas bianglala
Ditemani indahnya bintang nan gemerlap lampu kediri
Berpegang erat menatap simpang lima
            Mengapa kau ingatkan?
            Sayap-sayapku tlah patah
            Luka yang masih membekas tak tersembuhkan
            Ia tak salah, tak masalah ia tak mencintaiku
            Aku yang payah dalam setiap upayaku
            Kini aku masih menyimpan memori itu
            Janganlah kau tanya mengapa
            Bukan aku tak bisa melupakannya
            Hanya saja aku selalu senang melihat matanya


Karya : Risma Nurtrifani

B.Inggris - Introduce yourself

introduce yourself!

Hi guys! I want to introduce myself. My name is Risma Nurtrifani but you can call me Risse. Iam seventeen years old, i was born on Kediri, 14 July 1999. Iam stayed in gunung salak street number 66 Jombangan Santren, Tertek, Pare, Kediri.
            Iam study in the High School Two Pare, iam eleven class of science now. I very like theater, cause that why i choose theater to my extraculiculer. In theater i can be myself, i can play a role and characters, make up with body pointing and etc.
            My hobby is writing, i like to make a poem and share it to my blog www.rismanurtrifani.blogspot.co.id i want to be a writer and geograph teacher.

            I feel that all about me, thans for your time to read my blog, i must to go now and see you next time...

puisi [ Terasing Sungguh ]


Terasing Sungguh
Merangkak diatas bara
Memeluk perapian dalam lesu
Masam dalam muram
Sebab pagi tak lagi menjelang
Belaian api menyambut luka
Kala cahaya berada diantara
          Tawa adalah tangis
          Sungguh pengap yang menyiksa
          Tercekik harapan nista
          Menatap jauh ke arah dermaga
          Tak tau putih ataupun hitam
Hanya abu-abu meringkuk dalam goresan
Terlampau jauh dari jamahan
Menyendiri kala tak mau sendiri
Di terpa angin kering duka lara
Tak ada tentram maupun suka
Tak ada yang menghargai
Dan bakal mati dalam pengasingan ketakutan

Karya : Risma Nurtrifani

puisi [ Ora Ana Ing Lathi ]



Ora Ana Ing Lathi

Pasuryan mu ora bisa dak sawang
Pengen nyanding nanging sapa aku iki
Bagus pasuryanmu mung ana ing impenku
Kapan kowe bisa dadi duwe ku?
Sekolah iki tansah nyuwek ati
Kowe lan de’e geguyon ing ngisor wit cheri
          Aku mung bisa apa?
          Mlaku ing sandingmu ora wani
          Kowe anak e guru
          Aku sapa?
Aku ora ayu, ora pantes ing sandingmu
Tresna iki mung ana ing ati
Ora bisa kaucap ing lathi
Tresna ku ana ing sekolah iki
Marang kowe bebujan ati

Karya : RISMA NURTRIFANI

puisi [ Kapungkur ]

                                Kapungkur

Lingsir wengi tansaya adem
Sumilir angin kang ngancani
Mung nepeaken kasemsem
Rasa kangen marang slirahmu
Tansaya amba
          Gedung sekolah kang dadi saksi
          Nuntun sepedha wayah esuk
          Bagus esem pasuryanmu
          Tansaya gugah ati seng lagi lara
Dalan iki nate dak liwati
Nalika udan grimis sitik-sitik
Aku lan kowe lagi kasmaran
Lungguh jejer mangan rambutan
          Duh.. Gusti
          Nalikane aku lewat gedhong sekolah iki
          Atiku ngrasa bungah
          Amarga iku wis limang taun kapungkur
Saiki wis beda
Kabeh wis beda
Nanging carita iku isih ana
Nglengkapi carita-carita dek jaman semana
Jaman-jaman remaja
Kasmaran ing SMA

Karya ; Risma Nurtrifani
Powered by Blogger.

Total Pageviews

Visitors

Flag Counter