Cerpen [Larangsa Rawangga]

                                                   Larangsa Rawangga

     Denting gending mengalun mengisi kesunyian senin malam. Angin melambai mesra menerpa dedaunan, tak menghiraukan gadis mungil menari mengikuti alam..
     *Dung Plakk Teng Teng Dung Plak Dung Plak
     Berlatarkan rumah reyot tanpa alas, terus menari dan menari.. Larangsa Rawangga tak merasa letih walaupun kaki jenjang yang mungil itu mungkin tak kuat lagi menopang tubuh kecilnya..
"Larangsa, angin malam semakin dingin.. masuklah ke dalam! sebelum bapakmu tau kau menari lagi" Suara wanita paruh baya memecah keheningan.
"Tapi ibu, aku ingin menari.. aku ingin...." sebelum menyelesaikan kata-katanya, bapaknya muncul dari arah rembulan.
    "Larangsa!!!" mata merah menatap tajam bagai pedang terhunus ke arah anaknya, di tangan kanannya, dekat jemari itu sebilah rotan menanti gadisnya.
  *Plak Ctarr Plak Ctarr Ctarrr
yang selalu terjadi disetiap malam.. hingga hari berganti hari dan waktu semakin berlalu.
       Kini, sebilah rotan itu tampak usang entah karna termakan sang waktu ataukah karna sering untuk memukul.
      "Ibu, Larangsa kecil mu kini telah dewasa, Larangsa mu ingin melihat dunia, ibu.. Larangsa mu tak ingin impian itu sekedar mimpi.. Larangsa mu ingin mewujudkannya ibu"
   "Gadis kecilku kini memang telah dewasa, ibu menaruh harapan yang besar untukmu anakku, setelah bapakmu tiada kita hanya hidup berdua, saling menjaga satu sama lain. dan kau telah lama menderita karena impianmu itu. Baiklah Larangsa anakku, kau telah dewasa, kau tau mana yang baik dan tidak untukmu. Pergilah anakku.. buktikan pada almahum bapakmu bahwa impianmu itu sangat berarti"
    Dari panggung ke panggung, dari tempat satu ke tempat yang lain. Hinaan, cacian, apapun itu telah menjadi makanan kesehariannya. Dunia yang kejam dan keras tak akan mematahkannya.
          "Larangsa Rawangga namaku, walaupun hanya sebuah bunga kecil, namun kuat tak terkalahkan bagai baja, dan berguna seperti tembaga"
   Berdiri di tengah panggung megah, pencahayaan yang indah, paras eloknya disapu kebahagiaan. menatap binar pada deretan audien di depannya. ya, ada seorang wanita tua penuh keriput, kulitnya pun telah kendur termakan usia, menatap bangga ke arah panggung. Mereka berdua saling menatap dalam tatapan haru.
        Larangsa Rawangga menari mengikuti hatinya..
   Semua mata menatap berdecak kagum.. Terpesona akan setiap gerak indah gemulainya..
"Larangsa Rawangga namaku....."


karya : Risma Nurtrifani

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Total Pageviews

Visitors

Flag Counter